Minggu, 16 Agustus 2009

100 Ribu Pekerja Meninggalkan Israel Selama Setahun


Alsafir – Infopalestina: Harian al Safir (01/03), menukil pendapat komentator ekonomi di harian Israel "Ma’arev" Zeev Klein, dia menjelaskan bahwa ternyata belakangan ini setiap harinya terlewati, selalu ada pertanda buruk pada kondisi ekonomi Israel.

Setelah dua hari dari pernyataan resmi tentang situasi stagnasi dalam perekonomian negara Israel, Biro Pusat Statistik Israel mengumumkan terjadinya kenaikan tajam tingkat angka pengangguran.

Dia menambahkan, "Data yang dipublikasikan menunjukkan bahwa situasi lebih berbahaya dari prediksi yang paling negatif yang disebarkan Departemen Keuangan dan Bank Israel. Situasi ini membuat sangat khawatir pimpinan negara Israel. Ini adalah kenyataan bahwa satu dari setiap lima orang dewasa Israel sekarang bekerja di luar keahliannya dan seperempat pengangguran menerima tunjangan pengangguran."

Klein mengatakan bahwa jika perkiraan Biro Statistik terealisasi, maka sampai akhir tahun 2009, jumlah orang yang menganggur akan melampaui 300 ribu penganggur. Yang berarti pengusiran sekitar 100 ribu pekerja dalam satu tahun.

Klein berpendapat bahwa verifikasi dalam situasi tersebut, menunjukan bahwa tidak mungkin untuk melihat cahaya di akhir terowongan .. Tidak mungkin memahami keseluruhan gambaran, menurut pendapat Klein, tanpa mengetahui bahwa 973 Israel bekerja pada 2008 dengan separoh tugas dan upah yang rendah. Sebagian dari mereka tanpa hak social. Ditambah 182 ribu orang tidak bekerja meski hanya satu jam saja pada kuartal terakhir tahun 2008.

Dari tanda-tanda krisis ekonomi yang membesar di Israel, adalah apa yang telah diumumkan bahwa tujuh dari setiap sepuluh pabrik kecil dan menengah mengalami masalah penyediaan keuangan, di mana sebagian dari mereka menghadapi bahaya penutupan sebenarnya.

Pembicaraan ini berkisar tentang tidak kurang dari 1.400 pabrik yang masing-masing menggunakan antara 20 dan 100 pekerja.

Kepada harian Ma’arev, presiden Federasi Industriawan Israel, menyampaikan bahwa Departemen Keuangan Israel selama tahun yang lalu telah menerima peringatan tentang krisis membesar. Namun menteri keuangan lebih memilih mengabaikan kenyataan ini, tidak memprediksi adanya resesi. Saat ini, perekonomian Israel harus membayar harga ketidakpedulian ini.

Menteri Keuangan Israel Roni Bar Owen memprediksi kas Israel tahun ini mengalami kerugian pemasukan pajak impor sekitar 30 miliar shekel (sekitar 7,5 miliar dolar).

Namun, kerugian ini tampaknya akan berlipat ganda apabila pengeluaran pemerintah bertambah karena kondisi ekonomi dan beban social. Hal ini mengarah kepada defisit anggaran sekitar 6% dari produk nasional kotor (sekitar 42 milyar shekel, atau lebih dari sepuluh miliar dolar).

Defisit ini mengharuskan pemerintah yang baru melakukan penurunan tajam pada item-item anggaram umum. (seto)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar