Sabtu, 15 Agustus 2009

Movaz Minta Netanyahu Ambil Keputusan Sulit Soal Shalit dengan Bebaskan Tahanan Palestina




Radio Israel edisi kemarin Kamis (13/8) menyebutkan bahwa mantan menteri pertahanan Israel yang kini menjadi anggota parlemen Israel Knesset di fraksi Kadema, Shaul Movaz meminta kepada PM Israel Benjamen Netanyahu untuk mengambil keputusan-keputusan sulit soal serdadu Israel yang ditawan Ghilad Shalit dan membebaskan tahanan Palestina dengan jumlah lebih besar.

Dalam wawancaranya Movaz mengatakan bahwa daftar tahanan yang disetujui negara Israel untuk dibebaskan mencakup sejumlah tahanan “pembunuh yang tangannya belepotan darah” – menurut ungkapan radio Israel – karenanya, gambaran ini akan berubah jika yang ditambahkan adalah tahanan lain. (bn-bsyr)

Human Right Wacht: Israel Bunuh Sipil Palestina Yang Angkat Bendera Putih



Organisasi HAM Internasional Human Right Wacth menegaskan bahwa secara meyakinkan pasukan Israel membunuh 11 warga sipil Palestina yang mengibarkan bendera putih tanda menyerah pada saat agresi keji Israel ke Jalur Gaza beberapa bulan lalu.

Dalam laporan hasil investigas setebal 63 halaman yang dilansir oleh kantor berita Frans Press edisi kemarin Kamis (13/8) bahwa pasukan Israel membunuh 11 warga sipil Palestina dalam 7 kasus terpisah. Lima di antara korbannya adalah wanita dan empat anak-anak. Sementara delapan lainnya mengalami luka ditembak pada saat mereka mengibarkan bendera putih.

Laporan HRW yang didasarkan kepada saksi-saksi, analisis medis menegaskan bahwa warga sipil yang menjadi korban itu berkelompok, dan tidak ada satupun pejuang perlawanan Palestina pada saat itu. Laporan menyerukan kepada pasukan Israel untuk melakukan investigasi kasus-kasus kejahatan di atas.

Laporan menegaskan bahwa ke 11 sipil Palestina itu bukan menjadi tameng manusia bagi pejuang Hamas dan juga tidak meninggal dunia karena baku tembak.

Laporan menambahkan bahwa pasukan Israel dalam kondisi baik, mereka bisa berhati-hati dan bisa membedakan mana warga sipil sebelum terjadi baku tembak, seperti yang ada dalam undang-undang peperangan.

Laporan menambahkan bahwa dalam kondisi terburuk, pasukan Israel sengaja menembak warga sipil sehingga mereka bertanggungjawab dari kejahatan perang. Laporan investigasi ini adalah keenam yang dikeluarkan oleh HRW soal serangan dan agresi. (bn-bsyr)

2148 Israel Terjangkit Flu Babi, 29 Masuk ICU



Virus flu babi makin ganas menyerang warga Israel. Data kementerian Kesehatan Israel menyebutkan bahwa jumlah pasien virus H1N1 atau yang lebih dikenal wabah flu babi ini sejak terungkap hingga kemarin Rabu sore (12/8) mencapai 2148 kasus.

Kementerian mengisyaratkan dalam laporannya bahwa sudah ada 29 kasus ditangani dalam ICU di rumah sakit dan kondisi mereka gawat. Sementara itu, lima warga Israel yang terjangkit virus ini dinyatakan meninggal.

Kementerian juga menegaskan bahwa separuh dari pasien tersebut di bawah 30 tahun, 5 persennya berusia 50 tahun atau lebih.

Kementerian kesehatan Israel sudah menyampaikan kekhawatiran mereka akan mewabahnya virus ini dalam tingkat yang besar selama musim panas dan dingin mendatang. Kementerian ini memperkirakan bahwa seperempat warga Israel akan terkena wabah ini. (bn-bsyr)

Abu Zuhri : Fatah Masih Tak Bodoh Soal Rekonsiliasi



Juru Bicara Hamas, Sami Abu Zuhri menganggap gerakan Fatah bertanggung jawab penuh atas mendulnya dialog nasional yang dikawal Mesir. Tidak adanya kesepakatan antar dua belah pihak menunjukan pernyataan Azam Al-Ahmad merupakan upaya berlepas diri dari tanggung jawabnya yang telah menghalangi proses dialog.

Dalam pernyataan persnya Kamis (13/8) Abu Zuhri mengatakan, sebelumnya sejumlah pejabat pejabat Mesir mengusulkan untuk keluar dari point perselisihan dan gerakan Hamas menyetujunya. Justru pihak Fatahlah yang menolaknya.

Ia menegaskan, pihak Fatah masih masa bodoh terhadap efek mendasar dari rekonsiliasi ini. Yaitu masalah tahanan politik. Terutara di saat berlanjutnya aksi penangkapan dan mendekamnya 1000 lebih aktivis Hamas di penjara Tepi Barat. melanjutkan penangkapan sama dengan mengatakan, saya tak ingin rekonsiiliasi. Oleh karena itu, Fatah bertanggung jawab atas berlangsungnya krisis selama ini.

Terkait dengan batas akhir dialog Kairo pada 25 Agustus mendatang, Abu Zuhri mengatakan, batas waktu tersebut masih berlaku hingga sekarang. Hamas tetap akan berangkat ke sana. Akan tetapi kami minta pihak Mesir agar menjamin kesuksesan pertemuan ini, untuk menyingkirkan dahulu point yang masih diperselisihkan, sebelum berangkat ke Kairo. (asy)

Mendagri : Aparat Keamanan Sanggup Pikul Amanah




Departemen dalam negeri dan keamanan nasional Palestina pimpinan Ismael Haneya Kamis (13/8) menegaskan, aparatnya mampu menjalankan tugasnya mengamankan Gaza dan melindungi perlawanan.

Pernyataan ini, diungkapkan mendagri Futuhi Hamad dalam acara penghargaan kepada para syuhada dan terluka pada perang Al-Furqan yang diadakan departemen dalam negeri Palestina kemarin Kamis (13/8). Hadir dalam acara itu, perdana menteri Palestina, mendagri Futuhi Hamad, Muhamad Zehar, Direktur kepolisian, Abu Ubaidah Al-Jarrah, komandan keamanan nasional, Husen Abu Adzurah serta sejumlah tokoh dan aleg Palestina.

Di sisi lain, mendagri Palestina, Hammad menyambut kedatangan keluarga para syuhada dan yang terluka dalam agresi Zionis ke Gaza serta sejumlah pimpinan faksi nasional.

Mendagri kemudian mengungkapkan tentang situasi keamanan di Jalur Gaza. Ia mengatakan, Al-Hamdulillah telah dibentuk satu dinas nasionalis Islamis untuk melindungi jihad dan perlawanan yang berupaya memberikan perlindungan kepada warganya. Sementara aparat yang dibentuk Abbas justru menangkapi para mujahid dan menjebloskan mereka ke penjara, bekerja sama dengan keamanan Zionis.

Dalam pada itu, menteri Palestina mengungkapkan, Fatah bertanggung jawab penuh terhadap apa yang menimpa aktivis Hamas, secara politik maupun keamanan. Ia berjanji akan mengajukan para pemimpin aparat keamanan yang membantai di Barat ke pengadilan.

Ia mengatakan, kami bangga terhadap aparatnya yang mampu menjaga keamanan, ditengah upaya para pengacau dan para pedagang obat-obatan terlarang.

Ia pun menegaskan, tidak ada satupun tawanan politik di penjara Gaza. Pintu penjara terbuka lebar bagi semua lembaga HAM, anggota parlemen ataupun palang merah internasional, tegasnya.

“Kami pun akan tetap melakukan perlawanan, sebagaimana para syuhada. Kami akan melindungi jihad dan perlawanan, juga melindungi warga Palestina berikut harta dan jiwanya, dengan izin Allah”. (asy)

Haneya : Sampai Kapanpun Tak Kan Pernah Akui Israel



Perdana Menteri Palestina, Ismael Haneya menegaskankan, gerakan Hamas akan tetap mengusung perlawanan untuk mengembalikan semua hak Palestina dan memerdekakan Al-Quds.

Dalam acara “Kekuatan dan kemenangan pada perang Al-Furqan” yang diadakan departemen dalam negeri dalam rangka menghormati para syuhada dan yang terluka Kamis (13/8) Haneya menyatakan, “Hari ini kita berdiri untuk menghormati jasa para syuhada, para pemimpin perlawanan dan menteri Palestina yang gugur di medan perang. Seperti, menteri Al-Syahid Said Shiam, Taufiq Jabar, Ismael Ja’bari serta sejumlah anggota keamanan yang telah menjalankan amanahnya dalam mengendalilkan keamanan di Gaza. Kami berjanji pada Allah kemudian kepada para syuhada dan keluarganya, bahwa kami akan menempuh jalan yang ditempuh mereka, hingga tanah Palestina kembali dan Al-Quds merdeka”.

Khusus kepada keluarga syuhada, Haneya mengungkapkan, “Darah anak atau saudara kalian tidak akan sia-sia. Namun justru akan menjadi penerang jalan kami dalam menempuh jalan kebebasan dan mengembalikan hal serta kemenangan. Kami akan melindungi dan memelihara jalan tersebut, sebagaimana para syuhada dan yang lainya melindunginya”.

“Kami tidak akan dan tidak akan pernah mengakui Israel selamanya, wahai para suhada”, tegas Haneya. “Kami akan menjaga darah kalian. Melindungi darah para syuhada yaitu dengan tidak menurunkan panji perjuangan atau mengubah sikap perjuangan”. Sekali lagi Haneya menegaskan, “Kami adalah saudara dan keluarga kalian, karena kalian lah kami akan terus berjuang membebaskan Al-Quds dan mengembalikan kemerdekaan negara kita”, ungkapnya. (asy)

Warga Jabariat: Kami Tak Bisa Tidur Dengarkan Jeritan Tapol Hamas Disiksa Milisi Abbas di Penjara

Sejumlah warga dari warga wilayah Jabariat di kota Jenin di Tepi Barat menegaskan bahwa kini mereka sudah tidak lagi bisa bertahan tinggi di desanya akibat suara jeritan dari markas penjara intelijen milik Otoritas Palestina yang terletak di dekat mereka.

Warga mengisyaratkan bahwa sejumlah warga di kawasan itu sudah benar-benar pindah ke desa lain di Jenin akibat tidak mampu mendengar suara para tahanan yang disiksa sehingga hal itu menimbulkan efek negative pada psikologi warga.

Seorang warga di desa tersebut menyatakan, “Kami tidak tidur di malam hari karena kerasnya jeritan para tahanan Hamas. Ini sudah kami alami selama dua tahun. Setiap hari kami bilang; besok teritanya berakhir. Tapi ternyata kisahnya panjang,” tegasnya.

Warga mengisahkan bahwa harga rumah dan tanah di kawasan dekat markas intelijen Abbas turun sangat drastic meski wilayah itu menarik dan dataran tinggi. Warga menghindar untuk membeli tanah dan rumah di sana akibat suara yang mereka dengar akibat siksaan.

Badan intelijen sebelumnya membebaskan kemarin pemuda Hudzaifah Jarrar, bekas penyiksaannya kentara di sekujur badannya. Ia ditangkap untuk menekan orang tuanya Syekh Abdul Jabbar Jarrar yang dibebaskan beberapa saat lalu di penjara Jericho. (bn-bsyr)

Pemerintah Israel Temukan Cela Keamanan Berbahaya pada Sistem Pertahanannya


Pemerintah penjajah Israel menemukan cela keamanan berbahaya dalam sistem pengamanan di markas Badan Pertahanan Umum Militer Israel di Tel Aviv.

Radio Israel edisi Jumat ini (14/8) menyebutkan bahwa seorang serdadu Israel ditangkap sepekan lalu karena dicurigai mencuri rincian kartu kredit pribadi milik seorang pejabat tinggi keamanan. Disamping menyita satu pistol yang ada di kantornya dua bulan lalu.

Serdadu Israel itu menjual rincian data kartu kredit itu kepada seorang warga Palestina di wilayah jajahan tahun 1948 dengan ditukar barang dengan nilai 2000 syekal (500 dolar).

Penangkapan serdadu Israel ini juga karena saudaranya di bawah umur 17 tahun mencuri pistol serdadu lain. Serdadu tersebut juga mencuri sebuah senapan M 16 dari kamp militer beberapa saat lalu. Ia dicurigai menjual senjata rekannya kepada seorang warga kota Qalansuwah dengan 16 ribu syekel (4000 dolar) sementara senjata yang M 16 dijual bersama pistolnya seharga 14 ribu syekel (3500 dolar).

Sumber keamanan menegaskan bahwa kecerobohan dalam sistem keamanan ini menimbulkan keresahan. Karenanya, harus diperketat prosedur terkait serdadu Israel yang diizinkan masuk ke kantor komandan tinggi badan militer Israel yang sangat riskan. Pada saat yang sama ditegaskan pentingnya keharusan mengkaji kembali sistem penjagaan dan keamanan di tengah ancaman organisasi teroris yang mentargetkan elit militer Israel. (bn-bsyr)


Warga Tepi Barat: Elit Fatah Baru Akan Jual Negerinya dan Sembelih Perlawanan

Reaksi warga terhadap konferensi gerakan Fatah terus berlanjut terutama soal manipulasi terang-terangan dalam pemilihan Komite Pusat Fatah dan Majlis Revolusi. Semua kecurangan itu didukung oleh saksi elit Fatah lainnya yang melihat langsung bagaimana dominasi satu pihak yang ingin “berdamai, berdamai dan berdamai” terhadap pihak lainnya yang ingin mereformasi gerakan.

Warga Palestina Hamdullah Barakat, 50, dari Ramallah menilai kecurangan dalam pemilihan gerakan Fatah bukan isapan jembol namun dibuktikan oleh saksi dari Ahmad Qorei. Sebelumnya, kepada Al-Quds Arabi yang dilansir pada Kamis (13/8) Qorei menyatakan bahwa ada tandatanya besar soal pemilihan dan cara yang dilakukan serta hasilnya. “Ada permainan di balik layar yang menyebabkan sebagian nama calon dihilangkan dan dipaksakan nama lainnya,”

Ia menambahkan bahwa Qorei juga menegaskan bahwa ada situasi kemarahan di kalangan kebanyakan anggota Fatah akibat aksi permainan yang terjadi dalam pemilihan Komite Pusat Fatah beberapa hari lalu. Menurutnya, jika perkataan ini datang dari Hamas atau Jihad Islami maka itu persaingan politik. Namun ini dari dalam Fatah sendiri yang mengerti masalah sebenarnya. Inilah yang membuat dirinya kehilangan kepercayaan terhadap Fatah.

Sementara itu, warga Nablus Said Fayiz, 20, menegaskan bahwa apa yang terjadi di konferensi Fatah telah mencemarkan gerakan yang telah memberikan ribuan syuhada dan ribuan tahanan karena telah menghabisi kebebasan. Ia mengumpamakan Fatah dengan orang tua zuhud yang ia habiskan umurnya untuk beribadah dan kebaikan namun menutup usianya dengan berzina dan minum khamar.

Ia menambahkan bahwa elit Fatah Husam Hidlr menegaskan kepada situs Arab48 edisi 14 Agustus bahwa ia menyaksikan proses penghapusan sejumlah calon dan anggota di komite pemilihan. Lantas apakah artinya dilakukan pemilu legislative Palestina ke depan? Sudah pasti akan diselewengkan dikeluarkan hasilnya untuk kepentingan Fatah.

Merusak Masalah Palestina

Warga Khalil (Hebron) Ahmad Shalih menilai bahwa jika digelar pemilu di Madinah Munawarah untuk Khulafaur Rasyidin maka pasti hasilnya 90 % karena ada orang munafik yang tidak akan memilih mereka. Lantas dari mana Abbas memperoleh hasilnya seperti sekarang ini padahal banyak yang “tunjuk tangan” memprotesnya? Jawabannya sederhana, yakni Abbas menambahkan lebih dari 1000 nama dari pendukungnya dan menciptakan tekanan dan ketakutan sanksi kepada anggota Fatah bahwa gaji mereka akan diputus atau dinaikkan pangkat. “sungguh manusia paling buruk mereka itu,” tutur Ahmad Shalih.

Hajjah Ummu Mahmoud Shawafitah dari Jenin menegaskan bahwa rakyat Palestina pernah berharap pemilihan Komite Pusat Fatah akan bisa membebaskan tanah Palestina bukan diserahkan kepada Israel melalui perundingan demi perundingan. Namun, “Apakah ada bangsa sepanjang sejarah yang terbebas melalui perundingan-perundingan? Jadi hendaklah mereka malu pada diri sendiri dan menyerahkan urusan ini kepada pundak rakyat Palestina sendiri,” tegasnya.

Sementara Abdullah Jabir dari Nablus menegaskan bahwa apa yang terjadi dalam konferensi Fatah adalah kelanjutan program “menyembelih perlawanan demi mencari simpati Israel dengan symbol Abbas “perlawanan tanpa tindakan”. “Dua tokoh terbaik Palestina gugur saat diintrogasi oleh milisi Abbas saat diselenggarakan konferensi” tegasnya. Apa yang akan terjadi jika ada elit keamanan di Fatah yang tidak paham bahasa kecuali pembunuhan terhadap rakyatnya demi bayaran dan jabatan. “Besok sejarah dan generasi ke depan akan melaknat mereka. Hamas harus mencari jalan bagaimana menghentikan pembunuhan terhadap anak bangsa Palestina di Tepi Barat segera. Sebab mereka berhadapan dengan kelompok yang menjual diri kepada Israel, dengan cara membunuh warga Palestina, menyiksa pejuangnya dengan alasan menghalangi kudeta. Semua paham kondisi di Tepi Barat yang tidak mungkin mengusir penghianat dan agen Israel di sana berbeda dengan di Jalur Gaza. Penyebabnya sederhana karena Israel ada di setiap desa dan kota di Tepi Barat,” imbuhnya. (bn-bsyr)

Zehar : Kami Tidak Minta Fatah Jadi Hamas



Pemimpin senior Hamas, DR, Mahmud Zehar kembali menegaskan bahwa gerakanya masih terbuka untuk berdialog. Dirinya justru melihat gerakan Fatahlah yang selama ini menolak dengan membentuk pasukan maut dan mencuri harta milik rakyat di Tepi Barat.

Dengan tindakan seperti ini maka Fatah tidak akan dapat masuk ke Gaza kecuali dengan beberapa syarat.

“Kalau mereka mau kembali ke Gaza, tentu harus menunjukan keseriusanya dengan memperbaharui identitasnya. Mereka harus mengatasnamakan Palestina bukan yang lain”, ungkap Zehar.

Dalam pidatonya di acara Brigade Izzuddin Al-Qossam kemarin (13/8) Zehar menyebutkan, “Kami tidak menuntut Fatah untuk menjadi Hamas. Yang kami tuntut, mereka menyatakan keberpihaknya pada Palestina”. Zehar mengingatkan orang-orang yang bekerja sama dengan Entitas Zionis atas akibat yang akan mereka tanggung. Akan tetapi Zehar menegaskan bahwa pihaknya tetap terbuka pada mereka. “Kami ingatkan kepada para spionase Zionis dan konco-konconya yang kini kami tahan di penjara Gaza, tentang akibat semua itu.

Adapun terkait dengan pemilu Fatah pada muktamar keenam Zehar mengungkapkan, peta politik gerakan ini tidak begitu menggembirakan. Namun kami akan tetap dalam prinsif menghadapi masalah ini. Ia kemudian menegaskan kembali tentang persyaratan pertukaran tawanan. Zionis saat ini sedang menampakan bahwa mereka peduli dengan serdadunya. Kami pun sangat peduli dengan bangsa kami, tetapi dengan kepala tegak dan terhormat, ungkapnya. (asy)


Hamas : Kasus Emirat Islam Hanyalah Kesalahan Pola Fikir



Gerakan perlawanan Hamas menegaskan, pihaknya tidak akan mengizinkan siapapun membuat peraturan sendiri. Sebab hal tersebut tanggung jawab dinas keamanan.

Pernyataan ini diungkapkan gerakan Hamas menyusul pernyataan dari departemen dalam negeri Gaza yang menyebutkan, bahwa Abdullatif Musa dari Rafah mendirikan Emirat Islam di Gaza.

Juru bicara Hamas, DR. Sami Abu Zuhri dalam konferensi persnya yang dilansir infopalestina di Gaza Jum’at (14/8) menyatakan, kasus ini murni kesalahan pola fikir, tidak ada kaitanya dengan organisasi luar. Namun dinyatakan pihaknya tidak mengizinkan siapapun baik individu ataupun kelompok menerapkan peraturan sendiri. Semua itu tanggung jawab pihak keamanan.

Sebelumnya, departemen dalam negeri menegaskan, segala bentuk pelanggaran hukum atau penggunaan senjata untuk membuat kekacauan keamanan, akan ditindak atau ditangkap. (asy)


Mesir Buka Perlintasan Rafah Sabtu dan Ahad Depan


Sejumlah sumber di Mesir mengungkapkan, pemerintahnya akan membuka perlintasan Rafah pada Sabtu dan Ahad depan secara khusus, untuk mengizinkan seribu warga Palestina yang mau melakukan ibadah umrah di tanah suci Makkah.

Salah seorang pejabat Mesir mengungkapkan, negaranya telah menyetujui untuk membuka perlintasan pada Sabtu dan Ahad, khusus bagi 2000 warga Palestina yang akan melaksanakan ibadah umrah di Tanah Suci, hasil kerja sama antara pemerintah Mesir dan Palestina di Gaza.

Ketua Badan Perlintasan dan perbatasan di Gaza, Gazi Hamdi menyatakan, perlintasan akan dibuka untuk mengizinkan warga yang akan melaksanakan umrah selama bulan Ramadhan.

Disebutkan, keputusan ini diperoleh berkat hasil kerja sama antara pihak Mesir dan departemen waqaf di Gaza untuk memasukan 2400 calon umrah, melalui perlintasan Rafah.

Dalam pada itu, Hamdi membantah adanya perlakuan diskriminatif dalam pemberangkatan sejumlah warga ke Mesir. Ia mengatakan, semua ini dilakukan berdasarkan peraturan yang berlaku terkait daftar waiting list yang ada di departemen dalam negeri, untuk menghindari adanya pelanggaran, ungkapnya.

Peraturan Umrah

Pada kesempatan yang sama, Menteri Waqaf di Gaza menegaskan, nama-nama calon jema’ah umrah telah ada di perlintasan Rafah. Semua aturan ini diberlakukan untuk menjamin perlintasan mereka secara aman berdasarkan aturan yang ada.

Disebutkan, sebanyak 1200 calon jema’ah umrah akan bertolak ke Makkah pada hari Ahad depan. Dalam pada itu, menteri mengungkapkan harapanya ada gelombang ketiga dalam bulan Ramadhan ini.

Adapun terkakit peringatan tentang penyakit flu babi, pihak departemen sepakat mengadakan seminar sehari khusus bagi jema’ah umrah yang akan berangkat ke sana, untuk memberikan bekal pengetahuan kepada mereka tentang penyakit tersebut, disamping cara-cara penangananya. Pihaknya juga akan membagi-bagikan brosur tentang penyakt tersebut, ungkapnya. (asy)







Bentrokan di Gaza, 14 Meninggal Dunia Salah Satunya dari Al-Qassam



Gaza – infopalestina; -Empatbelas orang menemui ajalnya salah satunya adalah seorang komandan Brigade Al-Qassam, sayap militer Hamas dan lima anggota polisi. Sementara jumlah korban mencapai 120 orang. Mereka adalah korban kontak senjata antara polisi Jalur Gaza dengan kelompok bersenjata yang mengumumkan pembentukan entitas illegal di Jalur Gaza berpusat di Rafah.

Sumber-sumber medis di Departemen Kesehatan (Depkes) Palestina mengatakan kepada koresponden infopalestina bahwa “hasil korban kontak sejata antara polisi Jalur Gaza degan kelompok Takfir (kelompok yang mengkafirkan oang lain, red.) mencapai 14 korban meninggal. Diantarannya seoang komandan Al-Qassam, Muhammad Shamali (36) dan melukai lebih dari 120 orang lainnya, 20 lainnya dikentarai korban luka berat.”

Sumber-sumber itu juga menjelaskan bahwa kelompok perusuh ini yang memulai melepaskan tembakan dan menolak menyerahkan diri saat aparat keamanan memintanya untuk menghindari jatuhnya korban. Setelah itu, kelompok perusuh ini melepaskan tembakan ke arah warga sipil yang menyebabkan salah satu aparat keamanan meninggal dunia.

Sumber-sumber terkait mengatakan, “Kelompok bersenjata sempat berlindung di Masjid Ibnu Taimiyah di Rafah. Di dalam masjid itu sendiri, Abdul Latif Musa, imam masjid, mengumumkan berdirinya entitas illegal dalam khutbahnya yang menkafirkan Hamas dan menuduhnya sudah murtad (keluar dari Islam,red.).” “Kelompok bersenjata itu menembaki pejalan kaki yang melintas di masjid sehingga beberapa orang terluka,” tambah sumber tersebut.

Masih tambah sumber, aparat keamanan terus mengepung masjid dan meminta kelompok bersenjata ini menyerahkan diri dan mematuhi hukum tanpa perlawanan. Namun permintaan itu disambut dengan tembakan membabi buta sehingga jumlah korban bertambah dan seorang warga dalam kondisi mati suri.

Orang-orang bersenjata ini, masih lanjut sumber-sumber tadi, meminta salah satu komandan Al-Qassam di Rafah, Muhammad Shamali untuk menjadi penengah. Namun setelah melihat sang komandan datang, kelompok bersenjata ini melepaskan pelontar roket jenis RPG sehingga ia gugur syahid.

Setelah berhasil menguasai lokasi kejadian, aparat keamanan mengejar kelompok perusuh dan menguasai tempat-tempat yang dijadikan pertahanan mereka. Lokasi kejadian sudah steril dan beberapa lainnya sudah ditangkap.

Ehab Ghasen, juru bicara Departemen Dalam Negeri (Depdagri) menegaskan bahwa peristiwa kontak senjata ini berakhir dengan dikuasainya wilayah yang menjadi perlindungan kelompok Takfir. Ia juga mengatakan bahwa lima anggota polisi meninggal dunia saat menjalankan tugasnya.

Sebelumnya diberitakan bahwa sebuah ledakan besar terjadi di rumah Musa karena bom yang meledak di dalam rumah tersebut.

"Kami tidak akan Izinkan Orang Melanggar Hukum"

Sebelumnya diberitakan juga bahwa Hamas tidak akan mengizinkan siapapun di Jalur Gaza menerapkan hukum dengan tangannya sendiri. Karena penegakkan hukum adalah wewenang aparat keamanan.

Penegasan ini datang setelah pengumuman Depdagri Palestina di Jalur Gaza yang menyebutkan bahwa Abdul Latif Musa, asal Rafah, mengumumkan berdirinya entitas yang bernama “imarah Islam (negara Islam)”.

Dr. Sami Abu Zuhri, juru bicara Hamas dalam keterangan khusus kepada koresponden infopalestina kemarin, Jum’at (14/8) mengatakan bahwa pernyataan Musa merupakan kesalahan berpikir yang tidak ada hubungannya dengan pihak luar. Ia juga menekankan bahwa tidak diperkenankan kepada siapapun untuk menerapkan hukum dengan caranya sendiri. Sebab masalah ini tanggungjawab pihak keamanan.

Sebelumnya, pihak Depdagri menegaskan bahwa siapa saja yang melanggar hukum dan membawa senjata untuk melakukan kerusuhan, maka ditindak dan ditahan. (AMRais)